Tidak ada solusi yang paling baik Untuk menahan atau segera
keluar dari pasar, kecuali memisahkan antara keputusan yang emosional
dan keputusan yang rasional berdasarkan metode yang Anda percayai.
Ada sebuah kisah yang dituturkan Fred C. Kekky, seorang
pengarang buku Why you win or lose, yang dengan sangat bagus
menggambarkan bagaimana para investor konvensional mengambil keputusan
ketika mendapatkan keuntungan dari pasar:
Seorang bocah kecil sedang berjalan-jalan, lalu bertemu
seorang lelaki tua sedang berusaha menangkap ayam-ayam kalkun liar.
Lelaki itu membawa alat perangkap, sebuah alat terdiri dari kotak besar
dengan tutupan pintu yang menggantung dibagian atasnya.
Pintu itu
dibiarkannya terbuka dengan alat penyangga yang diikat benang dan dapat
ditarik dari jarak seratus kaki jauhnya. Jagung dibiarkan bertebaran
untuk menjebak si kalkun, diluar ditebar sedikit-sedikit, makin
mendekati pintu jebakan semakin banyak. Paling banyak didalam kotak.
Jika sudah cukup banyak kalkun yang masuk terperangkap, Pak Tua akan
menarik benangnya sehingga penyangga jatuh dan pintupun tertutup. Sekali
pintu tertutup, dia tidak dapat membukanya kembali tanpa harus menaiki
kotak jebakannya.
Padahal apabila itu dilakukannya, maka kalkun-kalkun
itu akan ketakutan dan pergi menghindar. Menurut Pak Tua itu, saat yang
tepat untuk menarik benang dan menutup pintu jebakan adalah ketika
kalkun-kalkun yang terperangkap didalamnya sudah semaksimal mungkin.
Hari berikutnya dia melihat selusin kalkun berada didalam
jebakan. Kemudian, sebelum sempat diambil tindakan, ada satu kalkun yang
berjalan keluar lagi dan pergi; maka tinggal sebelas yang ada didalam,
kata Pak Tua dalam hati.
Biar kutunggu beberapa menit lagi, barangkali
kalkun yang tadi pergi itu masuk lagi,
Ketika Pak Tua menunggu, dua ekor lagi kalkun meninggalkan
jebakan itu Ah, mestinya aku cukup berpuas diri dengan 11 ekor, Pak Tua
itu menyesali. Mulai sekarang asal sudah kembali sebelas jumlahnya, aku
akan menutup pintunya.
Tiga ekor lagi yang keluar, san Pak Tua itu pun masih terus
menunggu. Karena semula ia sudah girang menyaksikan ada 12 ekor kalkun
yang memasuki perangkap, maka ia pun merasa enggan pulang hanya dengan
membawa kurang dari delapan ekor saja.
Dia tidak mampu membuang
harapannya bahwa kalkun-kalkun yang sudah pergi itu akan kembali lagi
masuk perangkap. Akhirnya tinggal tersisa satu kalkun saja yang masih
didalam kotak. biar kutunggu sampai yang satu itu keluar, atau ada
kalkun lain yang masuk lagi, baru aku pulang.Kalkun yang tinggal
satu-satunya itupun pergi menyusul rekan-rekannya. Pak Tua pulang dengan
tangan hampa.
Psikologi para investorpun tidak berbeda dengan Pak Tua.
Mereka malah berharap kalkun-kalkun yang sudah pergi itu kembali
memasuki jebakan, ketika semestinya merasa takut bahwa kalkun yang sudah
ada di dalam akan makin banyak lagi yang keluar, karena pintunya tidak
segera ditutup. Melepaskan kuntungan secara maksimal adalah masalah tersendiri
ketika melakukan trading. dalam hal ini terdapat dua pendapat yang yang
saling bertolak belakang;
Pertama, disarankan untuk segera melepas keuntungan sebelum
mencapai harga terbaiknya. Seperti apa yang dikatakan oleh Joe Kennedy,
Spekulan Wallstreet yang juga ayah mendiang Presiden John F. Kennedy
Hanya orang bodoh yang menunggu hingga kenaikan harga saham mencapai
puncaknya.
Kedua, ada beberapa trader sukses yang memang mengatakan untuk
tetap sabar dan tidak terlalu dini melepas kerugian, misalnya saja
Jerry Parker, Ia pernah mengatakan, mungkin tekhnik terbaik saya adalah
bukan mengangkat telpon untuk menutup posisi yang menang.
Sebagai seorang trader Anda harus bijak dan bisa menempatkan
keputusan secara rasional. Anda menahan keuntungan atau bahkan segera
melepasnya, keduanya bisa menjadi kesalahan jika mendasarkan keputusan
secara emosional belaka, tidak ada solusi yang paling baik dalam hal
ini, kecuali memisahkan antara keputusan yang emosional dan keputusan
yang rasional berdasarkan methode yang Anda percayai.
0 comments:
Post a Comment